Jakarta, gamki.or.id – Saat ini merupakan momen tepat untuk melawan judi online yang kian merajalela di berbagai daerah di Indonesia, dari kota besar hingga daerah pedalaman pedesaan. Seruan itu disampaikan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) yang menggelar literasi digital sekaligus mendeklarasikan Gerakan Nasional Pemberantasan Judi Online bersama Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika Kementerian Komunikasi dan Informatika di tiga kota, Semarang, Jakarta, dan Lampung pada 16-19 Oktover 2024.
“Judi adalah musuh kita bersama! Kita harus mengapresiasi langkah Kementerian Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi yang pada 2018 – 2023 membokir 9000-an situs judi online di blokir. Judi Online sudah merusak hampir seluruh daerah di Indonesia. Bahkan, aosiasi psikologi menyatakan adanya penyakit ’gambling disorder’ yaitu penyakit penyimpangan karena judi,” kata Pendeta Andriyas Tuhenay, pengajar Sekolah Tinggi Teologi Permata Bangsa Barito, pada event Literasi Digital Berantas Judi Online di Jakarta, 17 Oktober 2024.
Dalam diskusi yang dimoderatori Nadia Manuputty ini, Andriyas melanjutkan, perjudian online membawa setidaknya tiga dampak berat. Pertama, dampak finansial, korban ‘judol’ kehilangan uang secara drastis, menumpuk hutang, dan mengganggu stabilitas finansial keluarga.
Kedua, dampak emosional. Ada rasa bersalah, stres, kekecewaan, dan bahkan depresi akibat perilaku judi yang tidak terkendali.
Ketiga, dampak spiritual, yakni menurunnya ketaatan dan pengabdian kepada Tuhan, hilangnya fokus spiritual, dan kesulitan dalam menjalankan ibadah.
”Di sinilah pentingnya literasi digital bagi pemuka agama untuk memerangi judi online di lapis masyarakat terutama kelas bawah. Penting untuk mengenal teknologi, memahami cara kerja internet, platform digital, dan media sosial. Selain itu, pemuka agama harus memperluas pesan tempat ibadah dan membangun komunitas online,” kata Andriyas.

Selain itu, pemimpin agama harus membangun kepercayaan dan menjadi teladan dalam penggunaan teknologi digital yang bertanggung jawab.
”Lawan judi online, cegah umat dari bahaya judi online dengan edukasi dan informasi. Berikan edukasi tentang dunia teknologi dan digital secara rutin. Jalin kedekatan yang baik terhadap masyarakat, kolaborasi dengan banyak pihak dan lakukan pembinaan secara mental, spritual hingga sosial,” demikian saran dari tokoh pemuda Jakarta Timur ini.
Narasumber lain dalam diskusi yang dihadiri lebih dari 100 orang ini yakni Agustinus Rahardjo, praktisi komunikasi dan pengajar di Unika Atma Jaya.
”Judi online adalah penipuan! Judol dan pinjol ilegal merupakan lingkaran setan yang membelit rakyat. Saat ini, perputaran uang judi online menembus hingga Rp 600 triliun. Yang mengenaskan, pemain judi online usianya kian muda, bahkan sampai kalangan anak hingga usia 11 tahun,” kata Jojo, sapaan akrabnya.

Ketua DPP GAMKI Sahat MP Sinurat menyatakan, pihaknya merasa perlu untuk mengimplementasikan upaya pemberantasan judi online dengan melakukan edukasi masyarakat, melalui kampanye pendidikan mendorong peningkatan kesadaran tentang risiko judi online melalui kelas-kelas literasi digital.
”Kami percaya, program baik yang dilaksanakan di era Presiden Jokowi dan Menkominfo Budi Arie Setiadi akan dilanjutkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, agar Indonesia Emas 2045 dapat terwujud dengan generasi cerdas yang tak termakan bujuk rayu penipuan judi online,” kata Sahat.
Selain di Jakarta, kampanye literasi digital serupa berlangsung di STT Kanaan Nusantara, Kabupaten Semarang, 16 Oktober 2024 menampilkan dua pemateri yakni pegiat literasi Alan Singkali serta dosen Yudi Hendrilia.
Satu event lagi berlangsung di Hotel Aston, Bandar Lampung, 19 Oktober 2024 dengan narasumber dosen manajemen Akademi Akuntansi Lampung (A2L) Laikmen Sipayung dan pegiat literasi dari Sumatera Bagian Selatan Melki Sandro Samosir.
