Shalom,
Selamat sore,
Salam sejahtera untuk kita semuanya.
Yang saya hormati, Menteri Pemuda dan Olahraga, Gubernur Sumatra Utara, Wali Kota Medan, beserta bupati dan wali kota yang hadir;
Yang saya hormati Panglima TNI, beserta pimpinan Polri yang hadir;
Yang saya hormati Ketua Umum DPP GAMKI, adinda Sahat Sinurat, beserta seluruh jajaran pengurus;
Yang saya hormati Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi GAMKI, Bapak Willem Wandik;
Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota DPR RI yang hadir.
Bapak, Ibu, hadirin dan undangan yang berbahagia;
Saya lupa, para pimpinan gereja yang hadir pada sore hari ini.
Saya senang, saya senang bisa hadir langsung pada sore hari ini di acara Pengukuhan DPP Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia. Dari awal tadi saya melihat bahwa Bapak, Ibu dan Saudara-saudara sangat antusias. Apalagi tadi yang disampaikan oleh adinda Sahat betul-betul sebuah sambutan pidato yang luar biasa. Saya jadi minder. Apa yang mau saya sampaikan? Karena semuanya sudah disampaikan. Mau saya sampaikan di sini, sudah disampaikan semuanya oleh adinda Sahat.
Tapi, saya meyakini di Rakernas kali ini di Medan akan menghasilkan hal-hal yang sangat baik bagi bangsa dan negara kita, Indonesia. Karena memang seperti yang saya sampaikan saat Pidato Kenegaraan beberapa hari yang lalu, bahwa situasi di tahun politik ini sudah mulai hangat-hangat kuku dan sudah mulai cenderung menghangat. Agak memanas, tapi belum panas. Dan, repotnya yang sudah panas itu justru antarkawan sendiri, sudah mulai saling panas-memanasi.
Maka, saya minta kepada DPP GAMKI untuk ikut mendinginkan situasi di lapangan kalau ada hal-hal yang panas, ikut menyejukkan, ikut mendinginkan. Karena dalam situasi ketidakpastian global seperti sekarang ini, kita betul-betul perlu bekerja fokus, perlu bekerja kompak, perlu bekerja solid. Supaya kita tahu semuanya, saat ini sudah 96 negara masuk jadi pasiennya IMF, 96 negara. Mengerikan, tapi itulah fakta.
Sehingga, walaupun kita berkompetisi dalam tahun politik ini kawan adalah kawan. Kalau racing, kalau balapan boleh-boleh saja, tapi jangan sikut-sikutan apalagi tendang-tendangan. Kita ini saudara sebangsa dan tanah air, jangan dilupakan itu. Setuju? Agar setelah balapan, setelah racing, kita bisa berkawan kembali dan bersatu kembali. Jangan antartetangga enggak bisa saling menyapa setelah Pemilu. Jangan antarkawan enggak saling menyapa setelah pilpres, enggak lah. Perlu saya ingatkan, kita ini saudara sebangsa dan setanah air. Itulah budaya politik Indonesia, kekeluargaan, gotong royong, budaya bersatu, ini yang terus kita harus gaungkan.
Oleh karena itu, jangan membuat luka dalam, luka terlalu dalam. Ibarat pertandingan, ini pertandingan persaudaraan, pertandingan kekeluargaan. Kadang-kadang saya mikir, kita yang di atas sudah ngopi-ngopi bareng, sudah makan bersama, yang di akar rumput masih ramai belum rampung-rampung. Inilah yang sering kita lupa, karena pasti ada yang menang dan pasti ada yang kalah. Dan, sebaiknya memang yang menang mengajak yang kalah, untuk membantu. Dan, kalau pun tidak membantu sebisa mungkin jangan mengganggu. Setuju, Bapak, Ibu?
Karena persatuan sekarang ini sangat penting, kekompakan saat ini sangat penting sekali. Coba negara-negara di Uni Eropa memikirkan pertumbuhan ekonomi yang namanya growth, yang namanya inflasi, itu sudah sangat pusingnya. Kalau kondisinya kita melihat betul seperti itu kemudian antar masyarakatnya sendiri tidak bersatu, tidak kompak, bagaimana pemimpin bisa menyelesaikan masalah-masalah dan problem-problem besar yang ada. Dan, bersatu itu bukan hanya sekedar tidak bertengkar, bukan itu, tapi lebih dari itu. Bersatu itu mampu bergerak bersama. Bersatu, mampu bersinergi bersama dalam meraih visi Indonesia Maju yang kita cita-citakan.
Saya berkali-kali telah menyampaikan dan tidak pernah bosan untuk menyampaikan terus, bahwa negara kita ini memiliki potensi yang sangat besar. Bisa kita ini menjadi, dengan potensi yang kita miliki, bisa kita ini menjadi masuk dalam lima besar ekonomi terkuat dunia, bisa masuk. Tetapi memang tantangannya juga tidak mudah dan itu, ini juga berkali-kali saya sampaikan, itu peluangnya, opportunity-nya hanya berada pada kurun 13 tahun ke depan ini, sehingga pemimpin ke depan ini sangat-sangat menentukan negara ini bisa melompat maju atau tidak.
Oleh sebab itu, saya lanjutkan. Oleh sebab itu, kepemimpinan dalam 13 tahun itu sangat menentukan, artinya kepemimpinan nasional di tahun 2024, kepemimpinan nasional di tahun 2029, kepemimpinan nasional di tahun 2034 itu sangat menentukan sekali negara ini terjebak pada jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap atau bisa keluar menjadi negara maju. Hati-hati kepemimpinan di 2024, 2029, 2034 itu sangat menentukan sekali.
Ini sudah puluhan kali saya sampaikan dan saya ingatkan, karena di negara-negara Amerika Latin tahun ‘60-tahun ‘70 sudah masuk menjadi negara berkembang seperti sekarang kita, yang kita miliki sekarang ini. Sampai sekarang mereka tetap menjadi negara berkembang, karena saat diberi kesempatan, diberi peluang untuk melompat maju, dia tidak gunakan. Ini yang terus-menerus tak bosan-bosannya saya mengingatkan mengenai ini, hati-hati mengenai kepemimpinan 2024, 2029 dan 3034. Oleh sebab itu, kita semuanya harus sangat berhati-hati dalam memilih pemimpin kita agar bisa melompatkan kita menjadi negara maju dengan GDP, dengan PDB ekonomi yang sesuai dengan standar negara maju.
Ini serius terus, saya akan potong. Silakan maju, kalau ada yang bisa menjawab. Tadi pagi sudah saya sampaikan, tapi enggak ada yang bisa jawab. Ini saya ulang lagi. Jauh di mata dekat di hati, apakah itu? Silakan, Bu, maju. Jauh di mata dekat di hati, apakah itu? Satu lagi. Jauh di mata dekat di hati. Ayo, Bapak, maju. Jangan jauh-jauh, Pak. Silakan dijawab. Jauh di mata dekat di hati, siapa itu?
Peserta Rakernas GAMKI (Perwakilan 1)
Huruf i, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Huruf i? Jauh di mata dekat di hati, huruf i?
Bapak, silakan. Jauh di mata dekat di hati.
Peserta Rakernas GAMKI (Perwakilan 2)
Cinta NKRI.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Cinta NKRI itu perlu, tapi jawabannya bukan itu. Silakan kembali silakan, terima kasih.
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Jadi apa yang saya sampaikan tadi itu bukan angan-angan kosong, bukan di awang-awang, karena strategi menuju ke sana sudah kita rumuskan tapi memang bukan barang mudah. Langkah-langkah teknis apa yang harus kita kerjakan, ada semuanya sudah direncanakan dan ini akan menjadi sebuah lompatan.
Seperti tadi yang disampaikan oleh adinda Sahat, kita telah melakukan hilirisasi. Hilirisasi itu apa sih? menjadikan barang mentah kita menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Karena sudah lebih dari 400 tahun kita ini selalu mengekspor bahan mentah sejak VOC, kirim bahan mentah, kirim bahan mentah. Ya kita dapat, dapat uang tapi sangat kecil sekali.
Saya berikan contoh saja nikel, ini sering, sering, sering saya sampaikan. Waktu ekspor bahan mentah ini sebelum tahun 2020, waktu ekspor bahan mentah kita setahun itu hanya dapat kira-kira 2,1 billion US Dollar artinya kurang lebih hanya 32 triliun, begitu dihilirisasi, diindustrialisasi menjadi 33,8 billion US Dollar. Dari 32 triliun menjadi 510 triliun kurang lebih, lompatannya berapa kali.
Ada yang menyampaikan ke saya, “Pak, terus negara dapat apa? Itu yang dapat kan perusahaan untungnya.” Jangan lupa, waktu mengekspor bahan mentah kita itu memungut royalti, pajak penerimaan negara bukan pajak, pajak perusahaan, pajak karyawan.
Setelah hilirisasi, bayangkan, negara memungut dari 32 triliun. Setelah hilirisasi, negara memungut dari 510 triliun, pilih mana? Sebelum hilirisasi, kesempatan kerja, pembukaan lapangan kerja ada di negara lain. Setelah hilirisasi, lapangan kerja terbuka di dalam negeri. Karena negara dari nikel itu sekali lagi dapat PPN (pajak pertambahan nilai), dapat PPh perusahaan, dapat PPh karyawan, dapat royalti, dapat penerimaan negara bukan pajak, dapat biaya ekspor, dapat banyak sekali dan khusus kayak Freeport karena kita menjadi pemilik saham terbesar kita masih mendapatkan lagi dividen.
Jadi, itu yang namanya hilirisasi, itu baru nikel. Kalau nanti stop bauksit, stop tembaga, stop timah, stop batubara, stop minyak kelapa sawit (CPO), stop rumput laut, stop ekspor rumput laut mentah, stop ikan mentah, berapa yang bisa kita buka lapangan kerja di dalam negeri? Sehingga saya ingin bertanya pada Saudara-saudara, setuju atau tidak setuju hilirisasi? Yang tidak setuju, maju. Silakan maju. Yang tidak setuju hilirisasi, silakan maju, saya beri sepeda.
Kembali lagi, jauh di mata dekat di hati? Silakan. Iya, Ibu yang merah. Di sana laki-laki baju hitam, ya. Silakan, kenalkan dulu nama.
Peserta Rakernas GAMKI (Perwakilan 3)
Perkenalkan nama saya Joy Rifael Sinaga.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Joy, langsung dijawab. Jauh di mata dekat di hati, apakah itu?
Peserta Rakernas GAMKI (Perwakilan 3)
Impian atau cita-cita.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Silakan kembali, bukan itu. Silakan di sana.
Kenalkan dulu nama?
Peserta Rakernas GAMKI (Perwakilan 4)
Perkenalkan nama saya Yesica Prima Banurea, saya salah satu mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Nomensen, Medan. Alasannya,
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Jauh di mata dekat di hati, apakah itu?
Peserta Rakernas GAMKI (Perwakilan 4)
Pak Jokowi. Alasannya Pak Jokowi di Jakarta dan saya di Medan.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sudah, silakan kembali. Salah.
Peserta Rakernas GAMKI (Perwakilan 4)
Pak, sepeda, Pak.
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Silakan kembali.
Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Jadi, sekali lagi, kalau hanya mengekspor bahan mentah saja sampai kapan pun, sekali lagi saya ulang, sampai kapan pun negara ini tidak akan menjadi negara maju. Jadi kita harus berani, pemimpin ke depan harus berani melanjutkan itu, meskipun risikonya digugat di WTO, ditekan dari IMF, mungkin ada negara lain yang menekan lagi, jangan mundur. Jangan kemudian tidak berani melanjutkan, akan rugi besar kita. Karena kalau kita ingat dulu, Indonesia ini pernah booming minyak tahun ‘70-an, tapi kita tidak mendapatkan nilai tambah dari sana. Tahun ‘80-an, saya ingat kita ini pernah booming kayu, hutan banyak yang dibabat tapi kita juga tidak mendapatkan nilai tambah dari sana.
Oleh sebab itu, sekali lagi, sejarah lama itu tidak boleh terulang lagi. Jadi, jangan ekspor bahan mentah. Nanti tolong diingatkan pemimpin yang akan datang. Jangan ekspor bahan mentah, rakyat harus berani mengingatkan mengenai itu. Tapi sekali lagi, semua itu membutuhkan kekompakan, semua itu membutuhkan persatuan, membutuhkan seluruh kekuatan komponen bangsa ini untuk bersama-sama meraih, bersama-sama berusaha.
Dan, oleh sebab itu, saya mengajak keluarga besar GAMKI untuk tampil di depan pada setiap langkah besar pembangunan negara ini yang bisa menjadi lokomotif pembangunan, yang bisa menarik jutaan generasi muda untuk berpartisipasi dan meraih kemajuan Indonesia.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan ini. Dan, dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa pada sore hari ini, secara resmi saya buka Rapat Kerja Nasional Gerakan Angkatan Muda Kristen Muda Indonesia (GAMKI) Tahun 2023.
Terima kasih, semoga Tuhan memberkati.