TORAJA, gamki.or.id – Rangkaian Pra-Sidang Raya ke-XVIII Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) di Toraja sedang berlangsung. Diawali dengan pertemuan raya pemuda gereja (PRPG) dan Pertemuan Raya Perempuan Gereja (PRPrG), di Makale, Tanah Toraja, mulai 31 Oktober – 3 November 2024.
Dua kegiatan itu menghasilkan beberapa poin yang nantinya akan dibawa dalam sidang raya PGI, di Rantepao, Toraja Utara, mulai 8-13 November 2024. Sidang itu diikuti oleh 94 sinode gereja se-Indonesia yang berada di bawah naungan PGI.
Salah satu organisasi kepemudaan yang hadir dalam PRPG ini adalah Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI). Organisasi ini diundang secara khusus oleh PGI. Perwakilan DPP GAMKI pun hadir dalam rangkaian sidang raya. Termasuk pengurus DPC GAMKI Tanah Toraja dan DPC GAMKI Toraja Utara.
Ketua Bidang Diplomasi dan Hubungan Internasional Nadia Manuputty mengatakan, kehadiran GAMKI dalam sidang raya PGI di Toraja ini bukan hanya sekadar representasi simbolik. Tetapi, penanda kontribusi konkret dalam perjalanan spiritual dan kebangsaan.
Menurutnya, pertemuan ini memberikan kesempatan bagi para pemuda Kristen dari berbagai latar belakang untuk berbagi perspektif, pemikiran, dan harapan bagi masa depan gereja dan masyarakat Indonesia yang lebih harmonis.
“Kehadiran GAMKI di sini melambangkan identitas kolektif pemuda Kristen. Tidak hanya berada dalam satu kotak sempit, tetapi menyatu dalam keberagaman konteks lokal dan nasional yang khas Indonesia,” ucapnya.
Salah satu kontribusi utama yang diberikan GAMKI dalam pertemuan ini adalah gagasan tentang gereja yang lebih inklusif, terbuka, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. GAMKI menyadari bahwa gereja perlu memperkuat perannya dalam mendorong perubahan sosial. Tidak hanya berfokus pada kebutuhan internal. Tetapi eksterna. Organisasi kepemudaan ini pun merekomendasikan beberapa poin dalam pertemuan tersebut.
Mulai dari pemberdayaan pemuda sebagai agen perubahan, dialog antar agama yang inklusif, peka terhadap isu lingkungan, dan pendidikan karakter serta etika sosial.
“Pertemuan Raya Pemuda di Makale itu menjadi momen keberagaman terlihat jelas. Pemuda dari Sabang hingga Merauke hadir dengan latar belakang budaya yang berbeda. Membawa corak unik dalam setiap diskusi,” tegasnya.
Suasana ini mencerminkan semangat Bhinneka Tunggal Ika, yang menjadi dasar dari etnografi GAMKI: sebuah organisasi yang menghargai dan merangkul perbedaan sebagai kekuatan.
Di antara sesi diskusi, terlihat bagaimana perbedaan pandangan dalam kelompok pemuda tidak menjadi sumber perpecahan, melainkan peluang untuk saling melengkapi. Mereka datang bukan dengan maksud untuk mendominasi, melainkan untuk belajar, bertukar pikiran, dan mengembangkan perspektif baru.
Inilah kekuatan etnografi pemuda, yang menampilkan bagaimana pemuda Kristen Indonesia dapat mengukir jejak yang kuat melalui sikap inklusif dan persaudaraan.
Kehadiran GAMKI dalam pertemuan raya pemuda dan sidang raya PGI nantinya adalah bentuk manifestasi dari komitmen pemuda Kristen untuk berkontribusi dalam membangun bangsa yang lebih baik.
Dengan segala tantangan yang dihadapi, GAMKI tidak hanya menjadi suara bagi pemuda Kristen, tetapi juga bagi masyarakat luas yang merindukan perubahan.
“Pertemuan di Makale membuktikan bahwa peran pemuda dalam gereja dan bangsa sangatlah penting dan tidak dapat diabaikan,” tegasnya.
Sebagai organisasi yang memiliki sejarah panjang, GAMKI terus mengukir jejaknya dengan memberikan kontribusi pemikiran yang relevan dan progresif.
Dalam perjalanan menuju Sidang Raya PGI, GAMKI membawa harapan baru bagi gereja dan masyarakat Indonesia, yaitu harapan bahwa pemuda Kristen akan terus menjadi agen perubahan yang berdaya dan berdampak positif bagi bangsa. (*)