Hari pertama kegiatan pelatihan pendampingan korban human trafficking digelar DPP GAMKI di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada sabtu (25/11). Kegiatan dihadiri tiga puluh peserta dari mahasiswa dan pemuda gereja. Pembicara yang hadir adalah Erly E.M. Dee Haan, Obertina M. Johanis, serta Agustin Zacharias.
Pada sesi pertama yang dimoderatori Naman Bonlae, Erly E.M. Dee Haan mamberikan paparan dengan judul “Dasar Teologis Keterlibatan Sosial Orang Muda Kristen Melawan Human Trafficking”. Ia mengingatkan bahwa sesungguhnya setiap orang Kristen harus menentang perdagangan manusia, sebab hal itu bertentangan dengan kehendak Tuhan.
“Gereja adalah orang, bukan sekedar institusi. Gereja memiliki Diakonia yang dapat membantu korban Human Trafficking, Maka setiap orang Kristen perlu untuk mendorong dan mendukung Diakonia dimana dia bergereja. Misalnya gereja punya lembaga pendidikan yang berfokus pada pemberdayaan perempuan. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk turut mendorong gereja membuat pemberdayaan, dan turut mengaktifkan peran gereja di akar rumput. Misalnya di rayon masing-masing,” ungkap Erly.
Hal penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan juga diangkat oleh Obertina M. Johanis pada sesi kedua. Aktivis perempuan ini membawakan materi berjudul “Pengenalan Kekerasan dan Studi Kasus”. Suatu paparan yang menjelaskan bahwasanya kekerasan bisa terjadi dalam bentuk fisik maupun verbal. Contoh kekerasan verbal adalah catcalling (siulan dengan nada dan tujuan melecehkan seseorang di ruang publik). Karena umumnya korban pada posisi yang lemeha, menghadapi situasi seperti itu secara konfrontatif tentu tidak dianjurkan. Maka perlu adanya penyikapan yang bijaksana. Merespon tanpa memprovokasi ataupun melakukan kekerasan.
Di sesi terakhir, Agustin Zacharias mempresentasikan paparan “Peta kekerasan terhadap perempuan (Human Trafficking)”. Dari paparan yang disampaikan, ternyata peta kekerasan terhadap perempuan sangatlah panjang dan berliku. Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa tindak pidana perdagangan orang masih marak terjadi. Setelah ditelusuri, salah satunya penyebabnya adalah penerapan sistem administrasi kependudukan yang lemah. Oleh sebab itu, masyarakat harus terus diedukasi tentang tata administrasi kependudukan yang benar. Kemudian dari situ menjalankan fungsi pengawasan, agar tidak ada pelanggaran dalam pelaksaannya di lapangan.
“Bentuk sebuah jaringan untuk berkolaborasi dalam mendukung perlawanan terhadap human trafficking. Kemudian cari dan ketahui alasan mengapa ada migran di suatu daerah,” kata Agustin.
Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan DPP GAMKI secara terbatas. Hanya diikuti oleh kader GAMKI yang sudah memenuhi beberapa persyaratan adminstratif. Melihat terpenuhinya kuota peserta, nampak sekali kegiatan ini mendapat sambutan baik dari semua kader.