Oleh: Seno Rocky Pusop
Sekretaris Bidang Hubungan Denominasi Gereja dan Lembaga Keumatan Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP GAMKI)
Desember Tahun 2024 seharusnya menjadi bulan penuh sukacita, ketika lagu-lagu Natal bergema di penjuru negeri, dan lilin-lilin terang menyala sebagai simbol harapan. Namun, bagi perempuan dan anak-anak yang ada di pengungsian di Distrik Oksop, Pegunungan Bintang, Natal tahun ini datang dengan bayang-bayang kengerian. Di tengah gemuruh alam liar Papua yang menyimpan keindahan sekaligus tantangan, mereka juga harus menghadapi ancaman yang jauh lebih mengerikan—konflik bersenjata yang tak kunjung mereda.
Hidup di bawah bayang moncong senjata, perempuan dan anak-anak di wilayah ini mencoba bertahan di tengah trauma dan ketidakpastian. Suara letusan senjata sering kali menggantikan kidung pujian, sementara tenda darurat menjadi tempat mereka berlindung dari hujan, dingin, dan ancaman perang. Natal yang semestinya menjadi perayaan damai, berubah menjadi peringatan tentang ketahanan mereka di tengah kekacauan.
Situasi di Distrik Oksop, Pegunungan Bintang, semakin mengkhawatirkan menyusul eskalasi konflik bersenjata yang terus meningkat sejak 11 Desember 2024. Perempuan dan anak-anak menjadi kelompok paling rentan di tengah ketidakpastian ini. Ancaman terhadap keselamatan mereka semakin nyata dengan laporan adanya serangan yang mengarah ke wilayah permukiman warga. Ratusan warga di antaranya perempuan dan anak-anak yang mengungsi ke hutan di tengah kengerian alam dan moncong senjata.
Situasi terkini, berdasarkan laporan yang kami terima, berada di titik kritis akibat meningkatnya konflik bersenjata yang melibatkan pihak-pihak berseteru. Dalam konflik yang terus memburuk ini, perempuan dan anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan, menghadapi risiko kekerasan fisik, psikologis, serta keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan layanan kesehatan.
Perempuan dan anak-anak terjebak di zona konflik tanpa jalur evakuasi yang aman. Beberapa di antaranya dilaporkan mengalami trauma berat akibat menyaksikan kekerasan secara langsung, sementara sebagian lainnya kehilangan tempat tinggal dan hidup dalam pengungsian dengan fasilitas yang sangat minim.
Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya akses bantuan kemanusiaan ke wilayah terpencil seperti Oksop. Jalanan yang sulit dijangkau serta ketidakamanan di area konflik menjadi tantangan besar bagi organisasi kemanusiaan untuk memberikan bantuan. Akibatnya, kelompok rentan ini terpaksa bertahan dalam kondisi yang semakin memburuk setiap harinya.
Kami mendesak pemerintah untuk segera bertindak. Evakuasi perempuan dan anak-anak dari wilayah konflik harus menjadi prioritas utama. Langkah ini bertujuan tidak hanya untuk menyelamatkan nyawa tetapi juga untuk melindungi mereka dari risiko eksploitasi dan kekerasan yang sering meningkat dalam situasi konflik.
Kami sangat mengkhawatirkan dengan keselamatan perempuan dan anak-anak. Tanpa intervensi cepat, nyawa mereka bisa menjadi korban sia-sia. Kami mendesak pemerintah segera hadir di wilayah ini dengan tindakan nyata, untuk segera melakukan evakuasi terhadap perempuan dan anak-anak dari zona konflik. Perlindungan terhadap kelompok rentan harus menjadi prioritas utama. Kami meminta langkah konkret dan cepat dari pemerintah.
Selain evakuasi, kebutuhan mendesak seperti makanan, obat-obatan, dan tempat penampungan yang aman juga harus segera dipenuhi. Situasi ini memerlukan perhatian dan aksi nyata dari berbagai pihak guna menghindari terjadinya krisis kemanusiaan yang lebih besar di wilayah tersebut.
Pemerintah dan lembaga terkait diharapkan dapat bekerja sama untuk memastikan keselamatan perempuan dan anak-anak, memberikan perlindungan yang layak, serta memulihkan kondisi di wilayah konflik ini.
Situasi di Oksop adalah panggilan darurat bagi semua pihak untuk bertindak. Perempuan dan anak-anak, sebagai kelompok yang paling tidak berdaya, membutuhkan perhatian dan perlindungan segera. Tindakan nyata harus dilakukan untuk memastikan mereka tidak menjadi korban konflik yang berkepanjangan.
Tanpa langkah cepat dan terkoordinasi, krisis kemanusiaan yang lebih besar tak dapat dihindari. Sudah saatnya keselamatan mereka menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan dan tindakan di wilayah konflik ini.