Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) meluncurkan Gerakan Transformasi Digital Pemuda Indonesia. Gerakan ini diluncurkan pasca pelaksanaan diskusi publik bertemakan “Peranan Pemuda Indonesia Dalam Menghadapi Transformasi Digital di Era Industrial 4.0” yang dilaksanakan beberapa waktu lalu di Jakarta.
Gerakan Transformasi Digital Pemuda Indonesia yang diinisiasi oleh DPP GAMKI tersebut dikatakan akan dilaksanakan secara sistematis dan masif hingga ke daerah-daerah melibatkan potensi pemuda dari berbagai organisasi dan komunitas.
“Dalam era yang serba cepat ini, GAMKI menyadari perlunya partisipasi proaktif khususnya dari para pemuda yang akan menjadi pilar masa depan bangsa. Kami berharap gerakan-gerakan pemuda akan semakin merambah kepada topik-topik transformasi digital dan disrupsi dari teknologi selain perhatian kepada isu sosio-politik seperti yang biasa dilakukan,” jelas Wakil Ketua Umum DPP GAMKI Ivanhoe Semen dalam siaran pers di Jakarta pada hari Kamis (5/12).
Jelas Ivanhoe, gerakan ini akan melibatkan kerjasama dari komunitas, lembaga gereja, pemerintah daerah, serta pemerintah pusat seperti Kementerian Kominfo, Kementerian Pariwisata, dan lainnya.
“Kita ingin pemuda-pemuda Indonesia di daerah dapat beradaptasi dan berperan di era revolusi industri 4.0 ini,” tegas Ivan.
Dalam diskusi publik yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, Daniel Goldwin Sihotang, yang merupakan President Institut of Certified Management Accountant (ICMA) menyampaikan bahwa teknologi seperti blockchain dapat diterapkan dalam membentuk sebuah lean government.
Dalam dunia yang serba kencang seperti sekarang ini, Daniel sepakat bahwa Indonesia harus terus bergerak maju dan ikut dengan perubahan teknologi yang serba cepat ini.
Hal senada disampaikan oleh pembicara yang merupakan dosen dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Dr. Wilson Therik.
“Terdapat 4000-an sekolah tinggi/universitas di seluruh Indonesia. Seyogyanya perguruan tinggi tidak hanya memproduksi penelitian untuk mengejar kuantitas semata tetapi tetap memperhatikan kualitas atau mutu dari hasil-hasil penelitian dan publikasi yang dihasilkan oleh para dosen dan mahasiswa,” ujar Wilson.
Wilson mengharapkan penelitian yang berkualitas bisa menjadi solusi baru bagi kehidupan bermasyarakat.
“Saat ini zaman berkembang cepat terutama dengan istilah yang belakangan ini sering disebutkan sebagai industri 4.0 dan society 5.0. Kemajuan teknologi dapat merupakan jawaban atas sebuah permasalahan sekaligus juga membawa masalah baru. Generasi muda harus dapat melakukan perubahan positif bagi kemajuan bangsa,” kata Wilson.
Pembicara terakhir dalam forum diskusi publik tersebut merupakan salah satu pelaku fintech peer-to-peer lending terdaftar di OJK, yaitu Theodore Surbakti.
Theodore dengan rekan-rekan bisnisnya di platform SamaKita mencoba menjawab permasalahan permodalan bagi usaha kecil dan pinjaman yakni karyawan terutama buruh pabrik dan buruh tani agar tidak terjerumus ke dalam hutang yang mencekik.
“Kami datang sebagai solusi kepada buruh tani dan buruh pabrik yang selama ini tidak punya pilihan selain melakukan pinjaman dengan bunga yang sangat mencekik,” jelas Theo.
Sebagai penutup, moderator diskusi, David Wijaya yang merupakan founder Youth Ranger Indonesia, menyimpulkan bahwa fenomena Transformasi Digital di Era Industrial 4.0 tidak dapat dihindari.
“Pemuda dituntut untuk beradaptasi dan mempersiapkan diri sesuai dengan tuntutan zaman. Setiap pemuda diharapkan dapat mengambil perannya masing-masing, baik sebagai pelaku atau pekerja usaha maupun dalam sektor pemerintahan dan pendidikan. Di masa mendatang, bonus demografi yang akan terjadi di Indonesia diharapkan tidak menjadi beban melainkan dapat menjadi solusi bagi masa depan bangsa Indonesia,” pungkas David.