Hari Kebangkitan Nasional yang selalu kita peringati setiap tanggal 20 Mei terasa berbeda tahun ini, karena kita memperingatinya di tengah situasi pandemi covid-19 yang memperihatinkan. Hampir tak seorang pun di Indonesia bahkan di dunia yang tidak merasakan dampaknya.
Sesuai data yang diumumkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-19 per tanggal 19 Mei 2020, jumlah orang yang dinyatakan positif sebanyak 18.496 orang (covid19.co.id). Tidak hanya mereka yang terinfeksi virus covid-19 yang merasakan penderitaan, namun ada jutaan orang juga merasakan penderitaan karena harus dirumahkan dan kehilangan pekerjaan.
Pandemi covid-19 yang masih terus bergulir dan belum menunjukkan tanda-tanda akan selesai, memicu berbagai macam persoalan. Tidak hanya persoalan kesehatan, namun juga persoalan di berbagai bidang terutama bidang ekonomi dan sosial. Kondisi yang mengharuskan orang beraktivitas dari rumah juga menimbulkan persoalan baru, hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Seperti yang disampaikan oleh Tuani Marpaung anggota Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) yang mengatakan bahwa selama diberlakukannya social distancing, jumlah kasus KDRT sangat tinggi (tempo.co). Faktor ekonomi menjadi salah satu faktor utama yang memicu KDRT, para suami yang tidak lagi memiliki penghasilan cenderung lebih emosional ketika berada di rumah.
Di tengah situasi yang serba tak menentu saat ini, hendaknya semua pihak terutama kaum perempuan dapat melindungi diri dan bangkit dari keterpurukan. Kaum perempuan dari segala usia harus mampu bangkit dan berjuang bagi dirinya dan keluarganya serta orang-orang disekitarnya. Kondisi saat ini mendorong kaum perempuan untuk meningkatkan kreatifitasnya dengan menciptakan berbagai hal yang bisa menopang perekonomian keluarga dan menjamin kesejahteraan dirinya. Salah satu contohnya dengan membuat berbagai macam hasil olahan pangan dan kerajinan tangan.
Teknologi digital yang menyediakan berbagai macam market place, dapat digunakan sebagai sarana untuk memasarkan berbagai macam hasil olahan. Sehingga meskipun berada dirumah, kaum perempuan tetap dapat berkarya dan menghasilkan sesuatu yang mampu menopang perekonomian keluarga.
Hal ini secara tidak langsung dapat menaikkan posisi perempuan, sehingga keberadaannya tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Kaum perempuan bukan lagi sebagai pelengkap dan penghias rumah, namun sebagai penopang keluarga.
Kondisi pandemik covid-19 yang belum menunjukkan penyelesaian mendorong munculnya berbagai macam prediksi dari para ahli terkait kondisi masa depan manusia. Beberapa hari terakhir ini konsep “New Normal Life” menjadi topik yang hangat diperbincangkan oleh masyarakat.
Kenyataan bahwa sampai saat ini belum ada satu pun pihak yang mampu menemukan vaksin covid-19, menjadi hal yang harus kita terima. Meskipun demikian hal tersebut bukanlah penghalang bagi kita untuk bangkit dari situasi ini dan mulai beradaptasi dengan pola kehidupan yang baru.
Kaum perempuan dengan berbagai kelebihan dan talenta yang Tuhan berikan, harus mampu menjadi penggerak dan membawa perubahan dalam masyarakat. Perempuan bukan mahluk lemah, perempuan adalah mahluk yang kuat tidak hanya fisik namun juga memiliki mental yang kuat.
Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa kaum perempuan mampu menjadi pionir dalam menjalankan “New Normal Life”. Antara lain dengan menggerakkan kembali perekonomian, menciptakan suasana yang nyaman disekitar kita, beradaptasi dengan perubahan dan bersahabat dengan teknologi.
Kita tidak bisa mengharapkan dunia berubah mengikuti mau kita, namun kita mampu mengubah dunia dengan tekad yang kuat, semangat yang membara dan selalu berpikiran positif. Kaum perempuan mampu menjadi agen perubahan dengan memulai perubahan itu dari diri sendiri.
Oleh sebab itu marilah kita memaknai Hari Kebangkitan Nasional tahun ini sebagai momentum kebangkitan kaum perempuan dan jangan pernah kehilangan harapan. Semua pasti akan berlalu dan bersama kita bangkit menyongsong masa depan yang lebih baik.
Penulis: Helen Simarmata (Ketua DPP GAMKI Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak)