JAKARTA – Tema dan sub tema yang diangkat dalam Kongres XII Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia di Ambon, Oktober 2022 mendatang tidak lepas dari persoalan pemuda Kristen dan negara hari ini serta juga dampak dari pandemi Covid-19 yang terjadi secara global.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Steering Committee Kongres XII GAMKI Theo Litaay dalam Seminar Pembahasan Tema Kongres XII GAMKI pada Rabu, 3 Agustus 2022 secara daring. Tema Kongres XII GAMKI yang dibahas adalah ‘Kuatkan dan Teguhkan Hatimu’, diambil dari Yosua1:7.
“Dari kombinasi pembicara semacam ini, kita berharap dihasilkan pemikiran tema, sub tema, serta perencanaan study meeting dalam pelaksanaan Kongres XII GAMKI,” kata Theo Litaay.
Beberapa tokoh terkemuka hadir sebagai narasumber, antara lain Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama 2012-2021 dan Ketua Yayasan Universitas Kristen Satya Wacana Thomas Pentury, anggota DPR RI Mercy Chriesty Barends, dan Sekjen Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) Audy Wuisang.
Diskusi berlangsung hangat dimoderatori Anggota MPO DPP GAMKI Pendeta Margaretha Feybe Lumanauw dengan kata pengantar Ketua Steering Committee Kongres GAMKI Theo Litaay yang juga Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden.
Pendeta Feybe Lumanauw menerangkan, kepemimpinan GAMKI bertolak dari kepemimpinan Yosua.
“Kita tahu, Yosua belajar banyak dari Musa, seniornya. Yosua menjadi pemimpin umat, melakukannya dengan mengandalkan Tuhan, sehingga ia menjadikan umat Tuhan kembali ke jalan benar, menjadi umat pilihan,” urai pendeta domisili di GMIM Zaitun Mahakeret Manado dan Sekretaris Departemen Gereja dan Masyarakat SAG Sulawesi Utara & Tengah ini.
Sebagai awal diskusi, Thomas Pentury menekankan bahwa salah satu isu yang dapat diangkat dari Kongres XII GAMKI mengenai persoalan pendidikan tinggi Kristen, yang berkutat pada rendahnya kualitas dan output pendidikan tinggi, belum memadainya fasilitas pendidikan tinggi, efektivitas pada proses penyelenggaraan pendidikan tinggi, mahalnya biaya pendidikan tinggi mahal, serta link and match antara pendidikan tinggi dan kebutuhan akan sumber daya manusia di lapangan kerja.
“Pendidikan tinggi Kristen jangan hanya menghasilkan pengangguran terdidik, melainkan harus menciptakan creative minority demi pembangunan masyarakat dan negara,” tegasnya.
Thomas mengingatkan, landasan pada kitab Yosua 1:7 tentunya menjadi dasar dan kekuatan dalam pengembangan pendidikan tinggi Kristen di Indonesia dan kiranya Kongres XII GAMKI mampu menjawabnya melalui tema dan sub tema tersebut.
Selain itu, persoalan tata kelola juga menjadi problem yang sangat penting untuk dibahas dan GAMKI perlu merekomendasikan tata kelola yang baik untuk pendidikan tinggi.
“Pendidikan tinggi Kristen yang unggul harus mendasari nilai-nilai kristiani.GAMKI harus mengambil peran, tidak hanya membawa gerbongnya sendiri, tetapi bekerja sama terutama dalam kualifikasi kelembagaan terkhusus persoalan lembaga pendidikan tinggi,” simpulnya.
Sementara itu, Mercy Chriesty Barends lebih menekankan pada kepemimpinan yang memulihkan sangat dibutuhkan dalam berbangsa dan bernegara. Transformasi kepemimpinan sangat penting agar kerja-kerja yang dilakukan para pemimpin kita berdasarkan kepentingan rakyat.
“Kita percaya GAMKI akan menghadirkan rakyat dan pemimpin yang takut akan Tuhan,” jelas anggota parlemen dari PDI Perjuangan ini.
Mercy mengungkapkan, ada persolan yang haruss dijawab GAMKI dalam keberadaannya memaknai terang di tengah bangsa dan negara
Berdasarkan Mazmur 80, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka rakyat membutuhkan pemimpin yang mampu menjawab setiap problem yang terjadi.
Mercy menjabarkan, Mazmur 80 berisi ayat-ayat yang radikal, karena rakyat mampu menggugat Tuhan selaku pemimpinnya karena penderitaan mereka.
“Gugatan yang radikal ini adalah bentuk dari ketertindasan, menghasilkan penderitaan yang ekstrem bahkan ketiadaan jalan keluar. Dalam perspektif kepemimpinan yang memulihkan ini, kita butuh kepemimpinan yang tidak bekerja biasa-biasa saja,” kata Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi DPD PDI Perjuangan Maluku yang sudah periode ini menjadi anggota DPR RI.
Mercy menggarisbawahi, GAMKI harus hadir untuk memberikan makna dan pagar politik yang memulihkan menuju cita-cita bersama. Pemimpin butuh kepekaan dalam praktik kepemimpinan.
“Pemimpin yang baik secara langsung melihat, merasakan, mendengar dan melakukan, sehingga perbaikan itu hadir,” kata alumnus Universitas Pattimura ini.
Mercy memberi masukan terhadap GAMKI bagaimana menciptakan ‘kepemimpinan yang memulihkan’. Yang terutama adalah menciptakan kompetensi etis yang ideal. Berarti memiliki seperangkat pengetahuan, ketrampilan, perilaku yang bertanggung jawab.
“Dengan modal etis kultural, etis spiritual dan etis sosiologis maka dapat menjadi katalisator dalam menjawab problematika bangsa dan negara,” pungkasnya.
Menurutnya, perlu bagi GAMKI untuk punya ‘scenario planning’ yang dapat mengidentifikasi prioritas-prioritas untuk menjadi perhatian bersama. Termasuk di antaranya, kader-kader GAMKI perlu mengisi kepemimpinan Kristen dalam parlemen.
“Kita perlu pemimpin yang dapat memulihkan dan GAMKI harus menghasilkan itu. Dalam kerja politik praktis, GAMKI harus mengisi pos ini. GAMKI harus progresif ke depan dengan kerja nyata melahirkan pemimpin-pemimpin Kristen dan produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat,” tegasnya.
Adapun Pendeta Audy Wuisang menjabarkan bahwa tema dan sub tema Kongres XII GAMKI lahir dari pergumulan gerakan dan dirumuskan dan diabstraksi atas realitas yang ada dalam diri GAMKI.
Tema Kongres XII GAMKI adalah adalah landasan teologis yang menjiwai seluruh gerak dan dinamika internal maupun eksternal organisasi.
“Tema lahir dari pergumulan gerakan dan dirumuskan serta diabstraksi atas realitas yang ada dalam dirinya,” ungkap Audy.
Ia menjabarkan, jika kita membaca teks lengkap maka kita akan memdapatkan tiga kali Tuhan mengatakan penguatan itu kepada Yosua. Inilah yang dimaksud bahwa kita memasuki periode transisi yang disebut momentum. Musa memimpin bangsa nomaden di padang gurun, sementara di masa Yosua, Israel menjadi bangsa menetap.
Yosua dipilih karena memiliki karakter petarung, tetapi selama 40 tahun dibina menjadi abdi Musa.
“Yosua 1:7 adala prosesi spiritual dari proses penggantian Musa ketika memasuki tanah Kanaan. Dalam konteks ini, bagaimana kita meneropong GAMKI tiga tahun ke depan, sesuai tantangan zaman yang ada,” tukasnya.
Tantangan GAMKI ke depan antara lain, dianggap ‘aneh’ di mata gereja, menjadi forefront, inklusif, kawah candradimuka kaderisasi leadership dan kepemimpinan pemuda gereja, meneguhkan pilihan kebangsaan sebagai pilihan teologis dan panggilan ke Indonesiaan dan merumuskan jawaban-jawaban kreatif bagi gereja dan ke-Indonesiaannya.
“Selain tantangan yang diterimanya, GAMKI juga menghadapi tiga agenda besar yakni Pemilu Serentak 2024, menghadapi ekses perang rusia-ukraina dan pandemi global Covid-19 serta peralihan kekuasaan dan ibu kota negara tahun 2024,” tambah Audy.
Ditekankannya, menjadi penyakit lembaga Kristen adalah ahli dalam merumuskan tema, tetapi kita terhitung miskin dalam pelaksanaan program atau pokok program untuk merujuk pada turunan pada tema sesuai keputusan kongres.
“Ini menjadi pekerjaan rumah besar kita untuk mampu menurunkan hal tersebut menjadi terukur baik kualitatif ataupun kuantitatif,” pungkasnya.
—