Usianya belum 40 tahun, tapi sosok Karya mencerminkan pemimpin yang diharapkan membawa kemajuan bagi masyarakat Pulau Nias.
Kalau Anda berkeliling Kota Gunungsitoli, dari utara ke selatan, wajahnya tampak di berbagai baliho tepi jalan. Ada balihonya mengucapkan ‘Selamat Ramadan’ di sisi kota arah ke pelabuhan. Di spot lain sisi selatan, nampak pula papan besar bergambar dirinya menyapa warga menyampaikan ‘Selamat Paskah’.
Hampir larut malam saat tiba di rumahnya, Desa Dahana Tabaloho, sekitar 10 menit dari pusat pemerintahan Kota Gunungsitoli, tapi ‘tanda-tanda kehidupan’ masih ada di sana.
Khas lingkungan tempat tinggal aktivis, beberapa orang masih berjaga dan ngobrol asyik dengan Pelaksana Tugas Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbangda) yang juga Ketua Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPC GAMKI) Kota Gunungsitoli, Karya Bate’e.
Pria kelahiran 1984 ini lulusan Institut Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Bandung. Karya menolak anggapan dirinya ditunjuk jadi Plt Kepala Bappelitbangda karena status dirinya sebagai menantu Wali Kota Gunungsitoli, Lakhomizaro Zebua. Sebelumnya, jabatan Kepala Bappelitbangda diisi Oimonaha Waruwu yang naik posisi menjadi Sekretaris Daerah Kota Gunungsitoli.
“Ini politik, Mas. Sejauh kepala daerah dipilih secara politik, hal itu tak bisa dimungkiri. Yang penting kan kompetensi. Saya tujuh tahun ada di Bappeda. Tanya saja pada Pak Wali, kalau ada yang dianggap lebih layak, silakan,” ungkapnya.
Ayah dua anak ini mengaku tak mau ‘baper’ alias membawa perasaan dalam berpolitik.
“Kalau mau jadi pejabat atau pengusaha itu jangan baper. Silakan yang lain terus mengkaji, saya akan terus maju melakukan kebaikannya. Mau beropini baik atau buruk tentang saya, silakan. Saya anggap sebagai ‘marketing gratis’,” tegasnya.
Karya punya mimpi besar agar Kota Gunungsitoli dan Pulau Nias secara umum bisa terus maju dan berkembang.
“Potensi pariwisata dan kelautan di sini besar sekali. Harapannya, kalau tenaga kerja banyak terserap, maka industri lain akan muncul mengikuti, seperti mal-mal besar, bioskop dan lain lain,” urainya.
Satu hal digarisbawahi Karya, jika ada pengusaha besar mau berinvestasi di Nias, hendaknya jangan hanya untuk berorientasi profit.
“Orientasi berbisnis di Nias itu tidak semata hanya profit tetapi harus disertai membangun dan melayani. Kalau hanya murni mau cari profit, maka investor lebih memilih investasi di daratan Sumatra. Misalnya ke Sibolga, karena biaya produksi dan distribusinya lebih kecil dibanding di Pulau Nias,” tuturnya.
Karya menaruh hormat pada orang sukses di Jakarta macam Luhut Binsar Panjaitan yang membangun SMA Unggul Del di kampungnya di Balige. Atau seperti JR Saragih yang merintis SMA dan SMK Plus Efarina di Simalungun.
“Buatlah satu SMA unggulan di sini, agar daya saing anak-anak muda Nias masuk perguruan tinggi negeri bisa lebih terpacu,” harapnya.
Zaman orang muda
Sebagai pejabat di usia relatif muda, Karya gembira melihat fenomena politik terkini di Indonesia.
“Kita harus dukung lahirnya pemimpin-pemimpin muda di berbagai daerah seperti Solo, Kediri, Medan, dan lain-lain. Asal jangan terperosok dalam lubang korupsi,” kata Karya.
Karya Bate’e menyatakan, orang boleh saja menyatakan yang kurang baik tentang Gunungsitoli, tapi faktanya Pemerintah Kota Gunungsitoli mendapatkan apresiasi Program Pemberantasan Korupsi Terintegrasi sebagai Pemerintah Daerah dengan Nilai Survei Penilaian Integritas (SPI) Tertinggi Tahun 2021.
“Jangan kalian anggap KPK bisa disogok,” tukasnya.
SPI dilakukan untuk memetakan dan memonitor risiko korupsi yang dilakukan oleh kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Variabel dalam survei meliputi pertanyaan gratifikasi/suap/pemerasan; penyalahgunaan fasilitas kantor; jual beli jabatan; intervensi; dan korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ).
Februari lalu, apresiasi bagi Pemko Gunungsitoli diserahkan langsung oleh Wakil Ketua KPK Alexander Marwata kepada Wali Kota Gunungsitoli Lakhomizaro Zebua pada Rapat Koordinasi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di Sumatera Utara bertempat di Aula Tengku Rizal Nurdin, Medan.
“Sejak Juni 2019, saya merasa sudah ‘hijrah’. Hidup saya sekarang totalitas untuk pelayanan,” kata Sekretaris Resort yang membawahi 11 Jemaat Banua Niha Kriso Protestan (BNKP), gereja lokal khas Nias.
Perjalanannya masih panjang. Semoga Karya bisa terus dipercaya berkarya bagi masyarakat. Haters gonna hate. Tantangan dan cibiran selalu datang. Tapi, waktu juga yang akan membuktikan kualitas dirinya.
Ya’ahowu, diberkatilah mereka yang berguna bagi sesama…