JAKARTA — Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) menanggapi pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut yang viral belakangan ini. GAMKI yakin Gus Yaqut jelas menyinggung sebagian besar umat nonmuslim yang memelihara anjing dan membuat suara tidak nyaman bagi tetangganya yang beragama Muslim.
“Kami yakin sekali ketika Gus Yaqut menyebut tentang tetangga yang pelihara anjing, pasti menyindir umat Kristen ataupun umat nonmuslim lainnya. Namun, kami memahami hal tersebut sebagai upaya menjaga agar tercipta suasana lingkungan masyarakat yang harmonis. Kami lihat dia (Gus Yaqut, red) juga menyinggung kami disitu,” kata Sekretaris Umum DPP GAMKI Sahat Martin Philip Sinurat.
Sahat mengatakan bahwa pihaknya sudah mendengar video lengkap terkait pernyataan Gus Yaqut. Menurutnya, pernyataan Menteri Agama juga bisa dijadikan introspeksi bagi nonmuslim, yang memiliki anjing peliharaan.
“Kami GAMKI sudah mendengar video lengkap terkait pernyataan Menteri Agama Gus Yaqut. Kita sebagai masyarakat yang majemuk di Indonesia ini harus bisa saling menghargai, menghormati satu sama lain khususnya di dalam komunitas masyarakat. Pernyataan terkait tetangga yang pelihara anjing itu tidak membuat kami tersinggung. Jika untuk keharmonisan mengapa harus tersinggung?” kata Sahat, Sabtu, 26 Februari 2022.
Menurutnya, pemeluk agama nonmuslim, contohnya umat Kristen di beberapa daerah memang memiliki anjing penjaga rumah. Ia mengakui, keberadaan anjing peliharaan penjaga rumah yang sering menggonggong kemungkinan membuat umat Muslim terganggu.
“Biasanya, sebagian warga nonmuslim, memelihara anjing peliharaan untuk menjaga keamanan rumah, yang kadang kala mungkin karena peliharaannya banyak dan sering menggonggong, akhirnya membuat ribut di sekitar rumah. Yang mungkin salah satunya ada tetangga beragama Muslim yang tidak merasa nyaman,” ujarnya.
Sehingga, menurutnya, pernyataan Gus Yaqut terkait tetangga yang memelihara anjing ini bagi nonmuslim, bisa dianggap sebagai memberikan pemahaman, mengingatkan, atau menegur kembali untuk bisa saling memperhatikan dan menjaga kenyamanan sesama umat beragama.
“Terkadang, apa yang menurut kita baik, belum tentu membuat nyaman tetangga yang ada di sekitar. Terima kasih kepada Gus Menteri yang sudah mengingatkan. Tentunya kita sebagai bangsa Indonesia, di tengah masyarakat kita yang majemuk dan berbeda suku serta agama bisa saling menjaga toleransi, menghargai perbedaan yang ada,” tuturnya.
GAMKI sendiri tidak akan masuk dalam kisruh pascapernyataan Gus Yaqut yang multitafsir di berbagai kalangan tersebut dan berharap semua pihak dapat mendengarkan pendapat satu sama lain.
“Terkait polemik pernyataan Gus Menteri ini, kami mengharapkan kita semua bisa mendengar satu sama lain, menelaah dengan komunikasi yang baik. Karena bagi komunitas kami, perkataan Gus Menteri tentang tetangga yang memelihara anjing adalah teguran untuk kami umat Kristen dan Non Muslim yang biasanya memelihara anjing penjaga rumah. Pernyataan itu menurut kami bukan untuk membanding-bandingkan ataupun tujuan tidak baik lainnya yang menjadi polemik di masyarakat saat ini,” katanya.
Selanjutnya, Sahat menyampaikan, secara garis besar masyarakat Indonesia selalu menjunjung tinggi nilai toleransi.
“Semoga kita sebagai pemeluk agama di Indonesia ini bisa saling bersilaturahmi jika ada miskomunikasi, atau yang sering disebut sebagai tabayyun. Kami GAMKI selalu bangga untuk menceritakan bagaimana kita di Indonesia dapat hidup berdampingan, meskipun masih ada di beberapa daerah mengalami intoleransi, tapi secara garis besar Indonesia selalu menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi di antara pemeluk agama,” ucap Sahat.